Archives

Free Ebook; Kumpulan Dongeng

Dongeng dalam ranah pembentukan karakter anak sangatlah penting. cerita yang berupa anak adalah salah satu cara membentuk karakter anak lewat karakter tokoh yang ada dalam sebuah Dongeng.
Dalam Ebook ini terdapat beberapa Dongeng yang sangat baik baik bagi anak anda.

Dongeng Indo 6
Koleksi Angie, pencinta buku dari negara Kangguru Pak Lebai Malang
  • Puteri Junjung Buih
  • Raja Parakeet
  • Si Pahit Lidah
  • Si Pitung
Free Ebook

DOWNLOAD
READ MORE - Free Ebook; Kumpulan Dongeng

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Setetes Mani untuk Hidup

Sunyi senyap malam itu. Jam pun tak berdetak. Tisha dalam kesendirian menatap langit-langit kamarnya. Sesekali memandang ke arah rak bukunya yang masih tersusun rapi. Ia merenungi nasibnya yang malang. Hatinya terasa gelisah. Matanya tak kunjung terpejam.

Jarum jam terus bergeser. Lima puluh menit telah berlalu dari angka tiga. Matanya belum jua lelap. Berbagai macam persoalan kembali merasuki pikirannya. Masalah kampus. Organisasi dan keluarga. Sesekali teringat akan dirinya yang makin hari makin tak jelas. Tisha berusaha melawan semua pikirannya yang megusik ketenangan. Ia berusaha memejamkan matanya yang sudah terlalu lelah.

Selang beberapa menit, adzan mengalung merdu ke angkasa. Mata mungil itu langsung membelalak kaget.

“Sudah subuh…”, bisiknya dalam hati.

Cepat ia bergegas menuju kamar mandi. Cuci muka dan berwudhu. Diraihnya mukenah dan sajadah berwarna biru langit itu. Ia berusaha untuk melawan hawa nafsunya. Berusaha shalat dengan harapan agar dirinya lekas keluar dari permasalahan hidupnya.

Usai shalat, Tisha kembali merebahkan badannya di lantai kamar. Selang beberapa menit matanya terpejam dan tertidur pulas.

Siang itu, Tisha bangun dengan kepala agak berat. Banyak beban pikiran yang dalam batok kepalanya. Beribu pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Jalaban teka-teki hidupnya belum ia pecahkan.

“Mengana aku sangat sulit bajía? Mengana orang tuaku tak pernah mau mengerti keinginanku? Aku ditelantarkan bagai ayam yang tak punya induk. Padahal aku pergi dengan niat baik. Ingin menuntut ilmu. Mengapa orang tuaku tak merestuiku? Aku berjanji akan bertahan hidup dengan hasil keringatku sendiri. Harusss!!!”, bisiknya dalam hati.

Ah… dunia memang kejam. Mau hidup baik malah tak direstui. Maksud hati berbuat baik. Tapi hidup berkehendak lain. Apa gunanya hidup dalam moral yang berhiaskan kebaikan. Namun pada akhirnya akan mati dalam keadaan terpaksa. Mati kelaparan. Dibenci karena terlalu jujur. Mengagung-agungkan kebenaran tak selamanya berbuah manis.

Tisha sudah berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan hidup. Mencari kerja. kerja sambil kuliah. Namun tetap saja tak berhasil. Terkadang hanya beberapa bulan saja bekerja sudah dipecat. Melamar lagi. Diterima. Dipecat lagi.

Malam minggu itu, Tisha mendapat telpon dari bosnya. Tempat ia bekerja. Ia diajak keluar makan malam sambil menikmati udara dingin.

“Ada waktumu untuk menemani aku makan malam? Ada acara sekaligus membicarakan perkembangan perusahaan. Bagaimana?”, ajak bosnya dengan wajah penuh harap.

“Baiklah kalau begitu”.

Malam telah larut. Mereka masih asyik menikmati riak gelombang laut. Terlalu indah pantai itu. Sehingga mereka tak kunjung pulang. Bagi Tisha itu adalah waktu untuk melupakan masalahnya. Namun bagi bosnya itu adalah kesmpatan untuk lebih dekat dengan Tisha.

“Tisha… Bagaimana kalau malam ini kita bermalam di hotel saja. Aku ingin membantumu untuk melupakan masalahmu”, ajak bosnya dengan nada mesra lagi lembut, sembari meraih tangan Tisha.

Tisha sempat berpikir. Namun karena ia diberi iming-iming akan dibayar dengan jumlah yang tak sedikit, dan ditambah dengan jaminan kerja yang aman. Sehingga Tisha menerima tawaran itu.

Dalam kamar hotel yang berbintang lima itu, Tisha memandang ke arah jendela kamar. Ia berbisik dalam hatinya. “Tuhan aku akan melakukan yang mungkin sangat engkau laknat. Tapi kumohon izinkan aku untuk kali ini saja. Setetes saja untuk menyambung hidupku. Aku takut padamu. Ini semua kulakukan demi mempertahankan hidup. Supaya aku bisa hidup lebih sejahtera”. (***)

Gowa, Juni 2009

READ MORE - Setetes Mani untuk Hidup

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sedikit Tentang Saya


Saat mentari menatapku, aku hanya mampu bercerita. Tentang diriku. Tentang hidupku. Aku selalu berdo’a pada Tuhan. Moga suatu saat aku mampu memberikan sesuatu yang berharga bagi siapapun yang mengenalku. Termasuk yang sempat baca tulisan ini. Dan orang yang pernah mengklik link yang menuju ke situsku. Amin.. dan moga orang yang pernah menatapku menajadi mentari dalam hidupku. Penerang dalam mengarungi hidupku yang teramat labil.
Sejak kecil, aku sudah diajar mengenal agama. Tentang baik dan salah. Mengaji. Belajar dan bermain. Sehari-hariku sepulang sekolah adalah pergi ke hutan, mencari kayu bakar untuk keperluan dapur. Itulah aktivitas yang menjadi rutinitas hidupku.
Kelas enam sekolah dasar, aku mulai ditinggal orang tua di rumah sendirian. Di sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Gowa, namanya Rannaloe. Orang tuaku sudah punya rumah di kampung sebelah yang sedikit lebih dekat dengan kota. Namanya Sapakeke. Masih tetangga kampung. Dan juga lebih dekat dengan pasar desa. Maklum orang tuaku adalah penjual pakaian di samping bertani. Jadi setiap hari rabunya mereka ke pasar. Antara pasar dengan tempat tinggalku sekitar 15 kilometer. Belum lagi sungai yang terpampang luas membatasi kampungku dengan pasar mingguan itu. Bukit dan pendakian yang terjal membuat perjalanan lebih menantang. Itulah alasan orang tuaku mengapa mereka pindah ke kampung sebelah. Dan aku ditinggal sendirian pada usia anak-anak tanpa ada orang dewasa mengurusiku.
Rumahku berada di sudut lapangan kampung itu. Dibelakangnya terdapat ”saukang” atau tempat memuja orang-orang kampung yang masih setia terhadap sesembahan leluhur mereka. Konon tempatnya keramat. Tapi aku tidak terlalu takut tinggal di rumahku.
Hidup sendiri kadang membuatku gelisah. Tapi juga mendidik menjadi pribadi yang bermental mandiri. Paling tidak mampu bertahan hidup dalam istana kemiskinan. Sampai sekarang aku masih sulit membayangkan mengapa seusia itu aku sudah mampu hidup tanpa orang tua di sisiku.
Setiap malamnya aku ditemani teman-teman seusiaku. Sesekali datang kakek buyutku yang kala itu sudah berumur lebih seratus tahun. Namun masih bisa jalan. Saya juga terkadang heran dengan kakek. Tapi itulah kenyataan. Setiap kakekku bermalam bersamaku, aku selalu meminta bercerita masa lalunya. Masa perang memperjuangkan kemerdekaan. Sesekali disuguhi dongen pengantar tidur. Aku banyak mengambil khazanah dalam hidup kakek buyutku.
Pernah suatu ketika, menjelan ashar hujan lebat. Hujan itu tak pernah berhenti sampai magrib tiba. Waktu itu teman-temanku tak satupun yang datang bermalam. Mungkin karena hujan. Berniat pergi mencari teman juga aku tak mau. Sehingga aku tidur sendirian dalam rumah. Aku tak terlalu merasakan ketakutan karena azan magrib berkumandang aku langsung sahalat lalu pergi tidur. Hanya sebuah lampu pelita yang menemaniku sampai subuh memanggil.
Setelah kelas tiga Madrasah Tsanawiyah GUPPI Rannaloe, orang tuaku memanggiku hidup bersamanya. Mereka beralasan sedih melihat aku hidup tak karuang. Badan kurus kering karena tak peduli makan. Kalau sudah asyik bermain makan sudah dilupakan. Perut ini terasa kenyang, walau seharian tak pernah makan. Mungkin inilah asyiknya ngumpul. Orang jawa bilang ’biar nggak makan yang penting ngumpul’.
Aku pindah sekolah ke kampung tempat tinggal orang tuaku. Sekolahnya pada dasarnya sama. Madrasah Tsanawiyah. Hanya nama kampungnya yang beda. Semuanya GUPPI. Di madrasah itulah aku menyelesaikan studiku. Dan di kampung itulah orang tuaku tinggal sampai sekarang.
Setelah aku lulus di situ, aku melanjutkan sekolah ke madrasah aliyah GUPPI Samata Gowa. GUPPI itu adalah kependekan dari Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam. Konon yayasan ini adalah organisasi sayap partai Golkar. Dulu diresmikan langsung oleh presiden Republik Indonesia, Jenderal Soeharto saat itu.
Di sana aku menjalani hidup di pondokan. Banyak belajar hidup dan agama. Sejak Aku sekolah, selalu masuk sepuluh besar. Sejak duduk madrasah ibtidaiyah (SD) aku tak pernah dibawah peringkat tiga. Bukan sombong tapi itu sekedar memberi tau aja. Tidak apa-apa kan? Naik Tsanawiyah peringkat satu hingga kelas dua. Nanti aku pindah baru peringkatku langsung turun peringkat lima. Di sini aku sadar bahwa kemampuanku tak ada yang bisa dibanggakan. Tapi setelah naik kelas tiga Aliyah, aku sudah bertekad bersaing sampai aku berhasil merebut peringkat kedua.
Sejak sekolah, aku tak pernah duduk di bangku sekolah umum. Selalu di madrasah. Bahkan sampai aku kuliah pun tetap di institusi agama. Tahun 2006 aku masuk Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Jurusan yang aku pilih memang tidak berbau islam. Tapi tetap dinaungi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Apalagi UIN, jelas-jelas Islamnya.
Jenjang pendidikanku memang berlabel agama semua. Namun entah mengapa aku tetap belum terlalu banyak mengerti agama? Tingkah laku ku pun terkadang tak islami. Mungkin pengaruh zaman. Atau mungkin aku saja yang tak mampu melawan arus hidup yang terkadang kejam.

* * *

Cerpen dalam blog ini sebenarnya adalah hasil perkawinan antara realitas dengan imajinasiku. Aku berusaha untuk mengawinkan peristiwa-peristiwa yang aku amati dan alami. Aku ingin cerita yang kutuankan dalam blog ini dapat memberikan pelajaran dan hikmah dalam hidup ini. Semoga dalam kehidupan ini dapat hidup lebih bijak dan lebih estetik. Di samping sebagai penghibur dalam sedih. Sebagai pelipur dalam lara.
Jujur, aku ingin menegur, mengkritik, menghibur dan mendidik dengan cerita dan rangkaian kata. Menegur dengan halus. Menghibur dengan cara mengajak berpetualang dalam imajinasi. Mengkritik dengan lembut. Mendidik secara tak langsung. Itulah misiku dalam menulis. Aku bahagia ketika ada orang yang terhibur dan berubah karena tulisan ini.
Itulah sedikit perjalanan hidupku yang terkadang tak berarti. Tentangku. Tentang perjalanan hidupku. Semoga dapat menjadi ibrah bagi pembaca. Amin...

Wassalam dan salam perjuangan !

READ MORE - Sedikit Tentang Saya

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Kisah Inspiratif ; Kick Andy



Masihkah anda mengingat sebuha tayangan di salah satu TV swasta yang bernama kick Andy? kalau masih ingat. ini ada ebooknya. Berminat??? Klik link ini Free Ebook DOWNLOAD
READ MORE - Kisah Inspiratif ; Kick Andy

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati