“Cara aku merasakan segalanya adalah dengan bermimpi”. Ungkapan itu ditulisnya besar-besar di dinding gubuknya. Itulah cara Ahmad menjalani hidupnya tiap hari. Tukang sampah yang angan-angannya selalu mengawan. Dia selalu menikmati hidupnya dengan bermimpi. Lelaki yang telah menjalani hidup dua puluh lima tahunan itu tak pernah batinnya menderita. Dia selalu merasakan apa yang mungkin dirasakan orang yang mapan secara ekonomi. Bahkan lebih dari mereka.
“Andai bermimpi harus dibatasi. Maka mungkin akulah orang yang pertama mengangkat tangan dan mengusung dada untuk melawan kebijakan itu. Siapaun itu, termasuk Tuhan. Akan aku lawan jika dia melarang aku tuk bermimpi”. Begitu batinnya berbisik.
Ahmad yang kesehariannya menjajaki tumpukan sampah, tak pernah batinnya tersiksa dengan kehidupannya yang jauh dari layak itu. Dia lelaki tegar menjalani hidup yang sangat kejam ini. Tak salah jika dia menyebutnya hidup ini sebagai pilihan.
Menurutnya hidup itu terlalu indah. Tak kalah indah dengan surga yang kenikmatannya tak terbayangkan. Hidup itu hanyalah kepiawaian memilih. Jika manusia memilih hidupnya sensara, maka itulah yang dijalani. Namun jika hidup itu dipandang sebagai taman surga, maka itulah yang dirasakan. Manusia hanya dituntut untuk melawan penderitaan. Perasaan tidak puas. Dan segala penyakit hati yang terlalu banyak manusia menjadi korban.
Hidup itu indah. Hidup mudah. Hanya saja menjalani hidup itu terkadang pahit. Mempertahankan hidup terkadang susah. Namun di situ manusia ditantang Tuhan. Karena hidup tak kan pernah dirasakan indah tanpa tantangan. Tak ada mudah tanpa kesusahan. Manusia dituntut mana yang mampu dirasakan.
Ahmad terus saja merenungi kehidupannya. Hidup orang lain. dan terkadang menertawakan dirinya sendiri. Juga terkadang heran dengan orang yang hidup serba berkecukupan namun mengeluh belum bahagia. Belum merasakan indahnya hidup. Dibandingkan dengan dirinya yang hanya seorang tukan sampah namun selalu merasakan keindahan hidup dan kebahagiaan.
Bagi Ahmad cukup ada yang dimakan untuk menyambung hidup. Soal kemewahan itu hanyalah sesaat. Mencari kemewahan yang terlalu hanya membuat batun tersiksa. Terlalu sibuk dengan urusan keduniaan. Ahmad takut jangna sampai urusan dunia membuatnya ingkar pada Tuhan-Nya.
Seringkali Ahmad heran dengan pejabat yang kerjanya Cuma numpukin harta. Ngorup uang rakyat. Yang gencar mengkampanyekan kebenaran. Anti korupsi. Perjudian. Narkoba dan sikap asusila lainnya. Malah mereka yang melakukannya.
“Benar-benar negeri ini negeri aneh. Republik gila. Lebih baik aku bermimpi saja untuk mendapat seluruh kebahagiaan yang dicari semua orang. Untung aku masih dapat bermimpi. Kalau tidak, maka mungkin akulah orang yang paling menderita. Karena tanpa harta dan tanpa pendidikan. Tak ada bekal sama sekali…….”(***)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati